"PATRI JIWO" FILOSOFI JEMPARINGAN MATARAM DESA BENDUNG

11 Februari 2020 11:57:59 WIB

SID. 2020 , Jemparingan adalah olahraga panahan khas Kerajaan Mataram. Berasal dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, atau dikenal juga dengan jemparingan gaya Mataram Ngayogyakarta. Keberadaan jemparingan dapat ditelusuri sejak awal keberadaan Kesultanan Yogyakarta.

 

Adalah Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792), raja pertama Yogyakarta, yang mendorong pengikutnya untuk belajar memanah sebagai sarana membentuk watak ksatria. Watak ksatria yang dimaksud adalah empat nilai yang diperintahkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I untuk dijadikan pegangan oleh rakyat Yogyakarta, yaitu sawiji, greget, sengguh, dan ora mingkuh.

Sawiji artinya konsentrasi, greget artinya semangat, sengguh berarti rasa percaya diri, dan ora mingkuh berarti memiliki rasa tanggung jawab.

Pada awalnya, permainan ini hanya dilakukan di kalangan keluarga Kerajaan Mataram, dan dijadikan perlombaan di kalangan prajurit kerajaan. Namun seiring waktu, seni memanah ini kini semakin diminati dan dimainkan oleh banyak orang dari kalangan rakyat biasa.

Seperti yang di lakukan oleh warga masyarakat Desa Bendung, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul yang mulai memasyarakatkan olahraga jemparingan, hal ini mendapatkan respons positif dari Pemerintah Desa Bendung, Kepala Desa Bendung Didik Rubianto saat di temui awak media Minggu (26/1/2020) mengatakan olahraga jemparingan selain mengolah raga namun juga dapat mengolah jiwa.

“Jemparingan ini berbeda dengan olah raga panahan pada umumnya walaupun sama-sama mengunakan busur dan anak panah, yang membedakan memainkannya dan kostum yang di pakai. Jemparingan di lakukan dengan duduk dan mengunakan pakaian adat Jawa,” ungkapnya.

Ia juga menambahkan jemparingan tidak hanya olahraga semata namun pelestarian budaya Jawa yang hampir di lupakan oleh generasi saat ini.

“Kami pemerintah desa bendung mendukung kegiatan positif ini karena dengan membudayakan olahraga jemparingan ini juga melestarikan budaya apa lagi kepada para milenial,” imbuhnya.

Didik berharap ada perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk memfasilitasi kegiatan jemparingan ini, Didik juga mengajak warga masyarakat untuk berlatih jemparingan.

“Saya mengajak warga masyarakat yang memiliki ketertarikan akan olahraga jemparingan ini untuk berlatih di lapangan Desa Bendung, latihan di selenggarakan setiap hari Minggu pagi, selain olahraga mari kita jalin silaturahmi sesama warga masyarakat,” tegasnya.

Senada dengan Kepala Desa Bendung, penggagas olahraga jemparingan di Desa Bendung Sakino atau yang akrab di panggil Mbah Jenggot warga Dusun garotan, Desa bendung, membentuk komunitas olahraga jemparingan yang di berinama patri jiwo (panah tradisi aji ning Budoyo jowo) sudah memiliki 25 anggota.

“Kenapa kami membentuk komunitas ini selain memperkenalkan olahraga jemparingan juga untuk melestarikan budaya Jawa, karena jemparingan ini berasal di tanah Ngayogyakarta Hadiningrat,” ungkap Mbah Jenggot.

Mbah Jenggot berharap jemparingan ini masuk menjadi ekstrakurikuler di sekolah-sekolah yang ada di Gunungkidul.

“Kami pencinta olahraga jemparingan memiliki keinginan agar jemparingan ini masuk menjadi aktifitas ekstrakurikuler di sekolah-sekolah yang ada di Gunungkidul,” harapnya.

Sehubungan dengan tujuan pembentukan watak sawiji itulah maka jemparingan tampak sangat berbeda dengan panahan lain yang berfokus pada kemampuan pemanah untuk membidik target dengan tepat.

Pemanah jemparingan gaya Mataram tidak hanya memanah dalam kondisi bersila, namun juga tidak membidik dengan mata. Busur diposisikan mendatar di hadapan perut sehingga bidikan panah didasarkan pada perasaan pemanah.

Gaya memanah semacam ini sejalan dengan filosofi jemparingan gaya Mataram itu sendiri, pamenthanging gandewa pamanthenging cipta. Filosofi ini memiliki arti bahwa membentangnya busur seiring dengan konsentrasi yang ditujukan pada sasaran yang dibidik. Dalam kehidupan sehari-hari, pamenthanging gandewa pamanthenging cipta memiliki pesan agar manusia yang memiliki cita-cita hendaknya berkonsentrasi penuh, SID DESA BENDUNG 2020

 

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung